Oleh : Dr. Evy
Hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah mencapai 130/80 mmHg atau lebih. Penyakit ini sering disebut sebagai “silent killer”, karena banyak penderitanya tidak menunjukkan keluhan atau gejala spesifik hingga terjadi komplikasi fatal. Saat ini, lebih dari 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi—sekitar 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita.
Berdasarkan data WHO, sekitar 1,28 miliar orang dewasa usia 30–79 tahun di seluruh dunia mengalami hipertensi, dan dua pertiga dari mereka tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Ironisnya, 46% penderita tidak menyadari kondisinya, dan hanya 21% yang memiliki tekanan darah terkontrol. Hipertensi pun menjadi penyebab utama kematian dini di dunia.
- Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah dikategorikan ke dalam beberapa kelompok:
- Normal: ≤120/80 mmHg
(Namun, angka 120/80 termasuk kategori prehipertensi. Belum memerlukan obat, tetapi harus mulai menerapkan gaya hidup sehat). - Meningkat: Sistolik 120–129 mmHg, Diastolik <80 mmHg
- Hipertensi Tingkat 1: Sistolik 130–139 mmHg atau Diastolik 80–89 mmHg
- Hipertensi Tingkat 2: Sistolik ≥140 mmHg atau Diastolik ≥90 mmHg
- Hipertensi Krisis: Sistolik >180 mmHg dan/atau Diastolik >120 mmHg
(Segera periksa ke rumah sakit jika mencapai angka ini.) - Gejala Hipertensi
Banyak penderita tidak merasakan gejala. Namun, pada kondisi berat, bisa muncul:
- Sakit kepala berat
- Nyeri dada
- Pusing
- Sesak napas
- Mual atau muntah
- Penglihatan kabur
- Telinga berdenging
- Gelisah
- Mimisan
C. Penanganan Hipertensi: Fokus pada Gaya Hidup
1. Pola Makan: DASH Diet
Pendekatan paling direkomendasikan adalah DASH Diet (Dietary Approaches to Stop Hypertension):
- Batasi garam (maks. 2300 mg/hari atau 1 sdt)
- Kurangi makanan tinggi lemak jenuh, gula, dan makanan olahan
- Perbanyak sayur, buah, biji-bijian utuh, dan lemak sehat
- Gunakan garam rendah natrium sebagai pengganti
2. Kelola Stres
Stres bisa meningkatkan tekanan darah secara akut maupun jangka panjang melalui hormon kortisol yang mempercepat detak jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
Cara mengelola stres:
- Atur jadwal harian secara rapi
- Lakukan aktivitas fisik (olahraga ringan, pekerjaan rumah)
- Coba metode relaksasi seperti yoga, meditasi, atau senam pernapasan
- Tidur cukup dan berkualitas
- Konsultasi dengan psikolog jika perlu
- Tambahkan terapi komplementer seperti massage therapy
- Massage Therapy untuk Hipertensi
Pijat (massage) telah digunakan sejak ratusan tahun lalu untuk berbagai keluhan kesehatan. Massage dapat membantu:
- Mengurangi stres
- Merelaksasi tubuh dan pikiran
- Meningkatkan sirkulasi darah dan getah bening
- Menstabilkan detak jantung
- Meningkatkan kualitas tidur dan imunitas
Penelitian Mendukung:
Sebuah studi oleh Mahshid Givi yang dipublikasikan di International Journal of Preventive Medicine (2013) membuktikan bahwa:
- Massage 10–15 menit, 3 kali seminggu selama 3,5 minggu
- Efek menurunkan tekanan darah masih bertahan hingga 72 jam setelah terapi
- Terapi ini aman, murah, dan efektif untuk penderita pra-hipertensi wanita
Catatan Penting:
Massage hanya merupakan terapi komplementer. Pengobatan medis & perubahan gaya hidup tetap yang utama.
Beberapa rumah sakit bahkan telah memasukkan massage therapy dalam perawatan pendukung pasien hipertensi karena manfaat relaksasi yang signifikan.
Kesimpulan
Massage therapy terbukti dapat menjadi terapi pendamping yang efektif dalam mengelola tekanan darah. Dengan terapi rutin, gaya hidup sehat, dan pemantauan medis, hipertensi dapat dikendalikan secara optimal dan risiko komplikasi dapat dikurangi.