Insomnia adalah salah satu gangguan tidur yang jumlah penderitanya semakin meningkat dari waktu ke waktu, dengan rentang usia yang semakin meluas. Saat ini, penderita insomnia tidak hanya berasal dari kalangan dewasa, tetapi juga mulai menyerang usia muda, termasuk remaja. Perubahan gaya hidup sangat memengaruhi kesehatan mental seseorang, di mana stres menjadi faktor utama penyebab insomnia.
Insomnia dapat diartikan sebagai gangguan tidur yang memiliki berbagai bentuk, seperti:
- Kesulitan untuk memulai tidur.
- Mudah tertidur tetapi sering terbangun, sehingga menyebabkan rasa kelelahan yang luar biasa di siang hari.
- Tidur sebentar lalu terbangun dan tidak dapat tidur kembali, disertai keluhan tubuh yang tidak fit.
Dalam penelitian Psychosocial Correlates of Insomnia Among College Students (15 September 2022), ditemukan bahwa 47% mahasiswa mengalami insomnia ringan, sementara 22,5% mengalami insomnia sedang hingga berat. Angka ini menunjukkan prevalensi insomnia yang cukup tinggi, terutama pada usia remaja.
Jenis Insomnia
Jenis Insomnia Secara umum, insomnia terbagi menjadi dua jenis utama:
- Insomnia Jangka Pendek (Short-Term Insomnia)
- Keluhan berlangsung kurang dari satu bulan.
- Mayoritas disebabkan oleh stres yang tidak terkelola dengan baik.
- Ketika stres berkurang, insomnia biasanya akan membaik dengan sendirinya.
- Insomnia Kronis (Long-Term Insomnia)
- Keluhan berlangsung lebih dari tiga bulan.
- Umumnya disebabkan oleh kondisi medis kronis atau gangguan kesehatan lainnya.
Proses Tidur Normal
Pada kondisi normal, proses tidur melewati 4-6 siklus dalam semalam, yang terbagi menjadi dua jenis utama:
- Tidur REM (Rapid Eye Movement)
- Mencakup 20%-25% dari total tidur pada orang dewasa sehat.
- Fase ini penting untuk pemrosesan informasi dan konsolidasi memori.
- Tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement)
- Terjadi dalam tiga tahapan:
- Tahap 1: Berlangsung 1-7 menit, orang mulai mengantuk tetapi masih bisa terjaga.
- Tahap 2: Berlangsung 10-25 menit, ditandai dengan relaksasi otot, melambatnya denyut jantung, dan pernapasan teratur.
- Tahap 3: Tidur nyenyak dengan aktivitas gelombang delta. Fase ini dikenal sebagai tidur delta atau short wave sleep.
- Terjadi dalam tiga tahapan:
Tahapan tidur delta sangat penting untuk kesehatan, terutama dalam menjaga sistem imun dan mendukung pertumbuhan pada anak-anak serta remaja.
Penyebab Insomnia Berdasarkan Usia
- Remaja: Perubahan gaya hidup, seperti pola tidur terbalik akibat aktivitas malam hari.
- Usia Produktif: Faktor stres menjadi penyebab utama.
- Usia di atas 50 tahun: Insomnia disebabkan oleh kondisi medis, stres, depresi, kecemasan, dan penurunan produksi melatonin.
Pada perempuan yang memasuki masa perimenopause, 39%-47% mengalami insomnia, dan angka ini meningkat hingga 60% pada fase post-menopause. Hal serupa dapat terjadi pada laki-laki lanjut usia, disebabkan oleh penurunan produksi melatonin.
Melatonin dan Insomnia
Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh otak sebagai respons terhadap lingkungan gelap. Hormon ini berperan penting dalam mengatur siklus tidur seseorang. Produksi melatonin yang rendah dapat menyebabkan kesulitan tidur atau tidur tidak nyenyak.
Efek Jangka Panjang Insomnia
Jika tidak ditangani dengan baik, insomnia dapat menyebabkan:
- Penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh mudah sakit.
- Gangguan konsentrasi, terutama pada remaja yang dapat memengaruhi performa belajar, serta menurunkan produktivitas pada usia dewasa.
- Peningkatan tekanan darah yang berisiko memicu serangan jantung dan stroke.
Penanganan Insomnia
Insomnia harus segera diatasi sebelum menggunakan obat-obatan, dengan cara-cara alami seperti:
- Mengubah kebiasaan tidur.
- Mengatur pola makan.
- Melakukan relaksasi.
- Menata ruang tidur agar nyaman, gelap, dan sejuk.
Dengan pendekatan yang tepat, insomnia dapat diatasi sehingga tidak mengganggu kesehatan fisik maupun mental.
Penulis : Dr. Evie Indrasinta